Minggu, 06 Februari 2011


IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.  Deskrisi Lokasi Penelitian
Luas pemukiman Nyabota 3,50 Ha, luas Desa 5 Ha, lebar 1 Ha.






Gambar 1. Posisi Nyabota berhadapan dengan pantai utara Kecamatan Pulau Babar (Tepa)

Lokasi perairan Nyabota atau lokasi penelitian berada pada arah Timur (Desa Nyabota) dengan berbatasan sebelah Barat Desa Herley, sebelah Timur dengan Kecamatan Pulau Babar (Tepa, sebelah utara berbatasan dengan perairan Pota Besar, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Wasarili. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


n








Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

4.1.1.   Deskripsi Alat Tangkap Bubu
Bubu merupakan alat tangkap ikan yang dipasang  di dalam air untuk jangka waktu tertentu yang memudahkan ikan masuk dan mempersulit keluarnya. Bubu ini terbuat dari anyaman bambu, dan rotan.
             Ukuran bubu dapat dilihat pada Tabel 1 (Spesifikasi Bahan dan Ukuran Alat Tangkap Bubu Yang Digunakan Dalam Penelitian).
Secara garis besar bubu yang digunakan adalah terdiri dari badan (body), mulut (funnel) atau ijeb dan pintu.
a. Badan atau tubuh bubu (Body) berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Badan bubu terbuat dari anyaman bambu dan rotan dengan ukuran (P x L x T) panjang bubu 1 : 2,5 m, lebar 1,47 cm, tinggi 90 cm. Panjang bubu 2 :2,25 m, lebar 1,25 cm, tinggi 75 cm. Panjang bubu 3 : 2,1 m, lebar 1,25, tinggi 70 cm. Pada samping kiri dan kanan bubu terdapat pemberat dari batu yang berfungsi untuk menenggelamkan bubu ke dasar perairan.
b. Pintu masuk atau Mulut bubu (funnel)
Mulut bubu (funnel) berbentuk corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar. Pintu masuk terletak di kedua ujung bubu dengan diameter pada bubu 1 : 62 cm, bubu 2 :60 cm, bubu 3 : 54 cm. Posisi mulut bubu menjorok ke dalam badan bubu/tubuh sepanjang 81 cm (bubu 1), 68 cm (bubu 2), 57 cm (bubu 3) ,pada bagian bubu melengkung ke bawah dengan panjang 37 cm (bubu 1), 39 cm (bubu 2),38 cm (bubu 3). Lebar 16 cm (bubu 1), 21 cm (bubu 2), 17 cm (bubu 3).
c. Pintu tempat mengeluarkan hasil tangkapan
Pintu bubu merupakan bagian tempat pengambilan hasil tangkapan terletak di bagian bawah bubu dengan ukuran panjang 46 cm (bubu 1), 31 cm (bubu 2), 21,7 cm (bubu 3). Lebar 25 cm (bubu 1), 18 cm (bubu 2 ), 17 cm (bubu 3).
Tabel 1. Spesifikasi Bahan dan Ukuran Alat Tangkap Bubu Yang Digunakan Dalam Penelitian.
 



















                    
Desain dan konstruksi bubu dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Pandangan Atas
Pandangan Bawah
Pandangan Depan
Pandangan Samping
Tipe bubu : Gendang
Ket gambar :
1.  Mulut bubu
2.  Badan bubu
3.  Mata bubu
4.  Corong
5.  Funnel
6.  Pintu mengeluarkan ikan
7.  Pemberat
8.  Para-para


























Gambar 3. Desain dan Konstruksi Alat Tangkap Bubu

4.1.2.   Musim Penangkapan
Mata pencaharian penduduk Desa Nyabota pada umumnya sebagai petani dan nelayan. Aktifitas sebagai nelayan, didasarkan pula dengan kemampuannya membuat alat tangkap. Pada perairan ini beroperasi berbagai alat tangkap antara lain : pancing tangan (hand line), jaring insang (gill net), panah, dan bubu (fish trap).
Keadaan musim teratur, musim Barat berlangsung dari bulan Oktober hingga bulan Maret, dan musim Timur berlangsung dari bulan April hingga September dengan masa peralihan dari Barat ke Timur berlangsung dari bulan Maret hingga April sedangkan masa peralihan dari Timur ke Barat dari bulan September hingga bulan Oktober. Musim yang dianggap baik untuk melakukan kegiatan penangkapan diperairan untuk semua jenis alat tangkap yakni pada musim Barat dari bulan Oktober hingga bulan Maret. Hal ini disebabkan karena perairannya tenang dan tidak bergelombang. Sedangkan pada musim Timur, dari bulan April hingga bulan September kurang memberikan hasil tangkapan dimana keadaan perairan bergelombang sehingga operasi penangkapan tidak dapat dilakukan.
4.1.3. Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Bubu
a. Menuju Daerah Penangkapan (fishing ground)
Agar pengoperasian alat tangkap bubu yang dilakukan berhasil, maka perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut : mempersiapkan diri, dan alat tangkap serta armada penangkapan (perahu) barulah menuju ke fishing ground untuk kegiatan pengoperasian alat tangkap. Waktu untuk kegiatan pengoperasian alat adalah pagi hari (pukul 08.00-10.00) waktu setempat.
Alat tangkap bubu yang siap dioperasikan dapat dilihat pada (Gambar 4)









Gambar 4. Bubu yang Telah Siap Dioperasikan

b. Proses Penurunan Alat (setting)
Waktu bubu pertama diturunkan, perahu tetap dijalankan sampai batas tali 25-30 m, kemudian bubu kedua diturunkan, begitu pula dengan bubu ketiga. Pada Saat bubu diturunkan ke dasar perairan, nelayan juga harus memperhatikan tali yang diikat pada mulut bubu, sebagai tali pelampung, sekaligus untuk menarik bubu dari dasar perairan supaya tidak tersangkut pada para-para bubu, dan semang perahu. Proses penurunan alat tagkap dapat dilihat pada (Gambar 5).







Gambar 5. Penurunan Alat Tangkap Bubu





c. Proses Penarikan Alat (Hauling)
Proses hauling dari dasar perairan adalah waktu yang sama dengan saat meletakan bubu. Setelah tiba di lokasi penangkapan, maka perahu didayung mendekati daerah penangkapan secara perlahan-lahan, menuju ke pelampung tanda, dan nelayan dapat menarik tali pelampung sampai perahu dianggap tepat berada di atas posisi bubu, maka nelayan akan menarik tali, sampai bubu terangkat keatas perahu. Dalam proses penarikan, hanya 1 orang yang dapat menarik bubu, sementara 1 orang lagi mendayung perahu, agar keseimbangan tetap terjaga. Operasi Bisa dilakukan oleh 2 orang, tergantung hasil tangkapan tangkapan banyak/sedikit. Apabila keseimbangan tidak terjaga, maka armada penangkapan (perahu) akan tenggelam, karena perahu yang digunakan hanya memiliki semang sebelah. Ketika bubu telah berada diatas perahu, maka dilakukan pengambilan hasil tangkapan, dengan membuka pintu bubu, dengan cara menarik bambu sebagai penutupnya, dan dengan bantuan kait, dapat mengeluarkan hasil tangkapan kedalam perahu. Waktu yang dibutuhkan untuk proses penarikan 15-20 menit, tergantung dari banyaknya hasil tangkapan.
Proses penarikan, cara melepaskan penutup (bambu) pada pintu bubu, dan pengambilan hasil tangkapan, dapat dilihat pada gambar 6.

                              

















Gambar 6. Cara menarik bubu, cara melepaskan bambu dari pintu, dan megeluarkan hasil tangkapan dengan menggunakan kait.






4.2.  Hasil Tangkapan
Selama penelitian, hasil tangkapan yang diperoleh sebanyak 73 individu yang tergolong dalam 14 jenis.
Tabel 2. Komposisi jenis dan jumlah hasil tangkapan (individu) berdasarkan jenis bubu.
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Bubu
Total Individu
(ekor)
%
2,10
2,25
2,5
Jumlah
(ekor)
Jumlah
(ekor)
Jumlah
(ekor)

1.
Gaca*
Lutjanus gibbus
0
2
2
4
5,47
2.
Kakatua biru*
Scarus sp
2
3
0
5
6,84
3.
Kakatua merah*
Scarus rubroviolaceus
0
3
0
3
4,10
4.
Geropa merah*
Variola louti
0
2
0
2
2,73
5.
Kepe-kepe
Chaetodon kleinii
3
1
0
4
5,47

6.
Gutana *
Ctenochaetus sp
0
2
0
2
2,73
7.
Sikuda *
Lethrinus sp
5
3
10
18
24,65
8.
Ikan durian
Diodon sp
1
0
0
1
1,36
9.
Salmaneti *
Parupeneus sp
0
10
3
13
17,80
10.
Gora *
Myripristis sp
0
1
3
4
5,47
11.
Samandar *
Siganus sp
0
6
4
10
13,69
12.
Ikan dai
Halichoeres melanochir
0
1
0
1
1,36
13.
Kulit pasir *
Naso sp
2
1
2
5
6,84
14.
Gutana warna *
Pomacanthus imperator
1
0
0
1
1,36
JUMLAH
14
35
24
73
100

Ket *
 



 
: Ikan ekonomis tinggi
: Ikan yang dominan tertangkap
: Banyaknya ikan yang tertangkap pada  masing-masing ukuran bubu
: hasil tangkapan terbanyak pada ukuran bubu 2,25 m.
Hasil tangkapan berdasarkan ukuran  bubu adalah sebagai berikut : bubu berukuran  2,1 m  menghasilkan total  tangkapan ikan sebanyak 14  individu; bubu  berukuran  2,25 m  menghasilkan total tangkapan sebanyak 35  individu; dan bubu berukuran  2,5 m menghasilkan total tangkapan sebanyak 24 individu. Tabel 2 memperlihatkan bahwa jenis ikan yang mendominasi hasil tangkapan selama penelitian adalah Lethrinus sp (24,65 %), kemudian diikuti oleh Parupeneus sp (17,80%), Siganus sp (13,69%),  Scarus sp (6,84%), Naso sp (6,84%), Lutjanus gibbus (5,47%), Chaetodon kleinii (5,47%), Myripristis sp (5,47%), Scarus rubroviolaceus (4,10%), Ctenochaetus sp (2,73%), Variola louti (2,73%), Diodon sp (1,36), Halichoeres melanochir (1,36%), Pomacanthus imperator (1,36%).
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa sebaran jumlah ikan-ikan yang tertangkap termasuk dalam target spesies meliputi ikan-ikan konsumsi dan ekonomis penting yang berasosiasi dengan karang dan mendominasi perairan ini dan hasil tangkapan. Terdapat 14 spesies (67 ekor) Misalnya ikan gaca (Lutjanus gibbus 5,47%),kakatua biru (Scarus sp 6,84%), kakatua merah (Scarus rubroviolaceus 4,10%), geropa merah (Variola louti 2,73%), gutana (Ctenochaetus sp 2,73%), sikuda (Lethrinus sp 24,65 %), salmaneti (Parupeneus sp2 17,80%),gora (Myripristis sp 5,47%),samandar (Siganus sp 13,69%),kulit pasir (Naso sp 6,84%),gutana warna (Pomacanthus imperator 1,36%) sedangkan ikan-ikan yang tergolong non ekonomis hanya terdapat 3 spesies (6 ekor). Misalnya kepe-kepe (Chaetodon kleinii 5,47%), ikan durian (Diodon sp 1,36),  ikan dai (Halichoeres melanochir 1,36%). Dapat dilihat jumlah keseluruhan ikan-ikan ekonomis adalah 91,78% dan ikan-ikan non  ekonomis adalah 8,21%. Kelompok-kelompok ikan ini biasa hidup diantara lempengan-lempengan karang atau lubang-lubang batu.
Bila dibandingkan dengan hasil tangkapan bubu pada perairan dangkal (Noni Baharessa), jumlah ikan yang tertangkap 219 individu, (Muhaini Mahulauw) jumlah ikan yang tertangkap 356 individu, (Sam Mony) jumlah ikan yang tertangkap 1062 individu. Jika diperhatikan, sumberdaya yang ada di perairan Nyabota masih baik, dan alat tangkap bubu yang digunakan ramah lingkungan. Dapat dilihat pada keragaman jenis yang tertangkap rendah, berarti baik/ramah lingkungan/selektif dari segi jenis. Menurut Monintja (2002). Semakin beragam ukuran ikan yang tertangkap, semakin tidak selektif alat tangkap tersebut.

4.3.  Analisa Data
4.3.1.Hasil Tangkapan Berdasarkan Lama Perendaman
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ukuran bubu dan lama perendaman dapat mempengaruhi hasil tangkapan. Ini dilihat dari hasil tangkapan yang bervariasi pada ukuran dan waktu perendaman tertentu. Hasil tangkapan terbanyak didapati pada lama perendaman 5 hari yaitu sebanyak 29 ekor, sedangkan pada lama perendaman 3 hari hanya diperoleh 7 ekor.
Akan tetapi jika dilihat dari besar ukuran bubu yang ada maka ukuran bubu 2.25 cm memiliki hasil tangkapan yang terbanyak yaitu 35 ekor. Sedangkan bubu ukuran 2.10 cm sebanyak 14 ekor dan bubu ukuran 2.50 cm sebanyak 24 ekor (Tabel 3).


Table 3. Jumlah hasil tangkapan berdasarkan ukuran bubu dan lama perendaman.

Lama Perendaman
Ukuran Bubu
Hasil
3
5
7
11
2.10
3
-
3
8
14
2.25
3
13
19
-
35
2.50
1
16
-
7
24
Total
7
29
22
15
73

Pada hari perendaman ke 3 hasil tangkapan pada bubu berukuran 2,1 m dan 2,25 m sama (3 ekor), sedangkan bubu berukuran 2,5 m mendapat 1 ekor. Pada hari perendaman ke-5 hasil tangkapan pada bubu berukuran 2,25 m sebanyak 13 ekor dan bubu berukuran 2,5 m sebanyak 16 ekor. Bubu berukuran 2,1 m tidak di operasikan pada hari perendaman ke 5 karena disesuaikan dengan aktivitas nelayan melaut dan mengoperasikan bubu.  Pada hari perendaman ke 7 hasil tangkapan pada bubu berukuran 2,1 m sebanyak 3 ekor, dan bubu berukuran 2,25 m sebanyak 19 ekor. Bubu berukuran 2,5 m tidak dioperasikan pada hari perendaman ke-7. Pada hari  perendaman ke 11 hasil tangkapan pada bubu berukuran 2,1 m sebanyak 8 ekor, dan bubu berukuran 2,5 m sebanyak 7 ekor. Bubu berukuran 2,25 m tidak dioperasikan pada hari perendaman ke 11. Tampak bahwa banyak hasil tangkapan yang didapat, terletak pada bubu berukuran 2,25 m sebanyak 35 ekor. Diduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain : keberadaan sumberdaya (berbagai spesies ikan), banyak alat tangkap yang digunakan dan jarak antar bubu. (Muhammad Kurnia).
          Berbedanya hasil tangkapan pada tiap bubu juga dapat dikarenakan ukuran mulut bubu (funnel) yang berbeda. Bubu dengan ukuran 2.25 cm memiliki hasil tangkapan yang banyak karena ukuran mulut bubu bagian dalam bubu tersebut lebih besar dari bubu yang lain, sehingga banyak ikan yang terjebak di dalamnya. Demikian juga dengan ukuran mulut bubu ukuran 2.50 cm lebih besar dari bubu ukuran 2.10 cm sehingga, hasil tangkapan bubu ukuran 2.10 cm lebih sedikit dari yang lainnya.
Jika dilihat dari lama perendaman yang mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yaitu jika semakin lama bubu direndam maka kemungkinan ikan yang tertangkap semakin sedikit begitu juga jika bubu terlalu cepat waktu perendamannya. Secara keseluruhan jumlah hasil tangkapan berdasarkan ukuran bubu dan lama perendaman dapat dilihat dalam bentuk grafik seperti di bawah ini :








Gambar 7. Jumlah hasil tangkapan berdasarkan ukuran bubu dan lama perendaman.

4.3.2.          Hasil Tangkapan Berdasarkan Jenis dan Jumlah Ikan.

Jumlah jenis dan ikan hasil tangkapan bubu berdasarkan lama perendaman diperlihatkan pada gambar 10.

Gambar 10. Hasil Tangkapan Berdasarkan Jumlah jenis


  Grafik ini menunjukan bahwa pada lama perendaman 3-5 hari kisaran rata-rata hasil tangkapan (titik warna merah)terdapat 2 jumlah jenis, dalam kisaran maksimum (titik warna hijau) terdapat 3 jumlah jenis, sedangkan kisaran minimum (titik warna biru) hasil yang didapat hanya 1 jumlah jenis. Pada lama perendaman 5-7 hari memberi kisaran jumlah maksimum yang lebih besar dengan  kisaran rata-rata  3,7 dan minimum 1 jumlah jenis. Pada lama perendaman 7-11 hari kisaran rata-rata dan minimum meningkat, menjadi 4,3 tetapi kisaran maksimum tidak meningkat. Disaranakan sebaiknya bubu direndam 5-7 hari. Karena semakin lama bubu direndam, semakin memberi peluang untuk predator memakan jenis ikan lain. Menandakan bahwa bubu semakin lama bubu direndam, jumlah jenis ikan cendrung meningkat. Mengingat tempat pengoperasiannya pada perairan karang dan berbatu, maka ikan-ikan lebih cendrung menjadikan terumbuh karang atau bubu sebagai rumah dan tempat berlindung sekaligus sumber makanan.
Selain ikan tetarik pada bubu sebagai tempat berlindung, ikan tertarik karena ikan lain sudah duluan masuk, dan diduga populasi ikan masih cukup banyak dilokasi. Akan tetapi tidak selamanya semakin lama direndam, ikan akan semakin banyak. Karena bisa saja dapat terjadi saling memangsa, kalau ikan yang lebih besar sebagai predator masuk dan bisa memakan ikan lain. Ikan juga bisa masuk ke bubu karena rangsangan kimiawi. Misalnya bahan konstruksi bubu bambu yang mungkin semakin lama di air, bambu menghasilkan bau yang dapat merangsang ikan mendekati dan menjadikan bubu tempat tinggalnya, selain sifat ingin tahu dari ikan.













Gamber 11. Hasil Tangkapan Berdasarkan Jumlah Ikan
    
Pada lama perendaman 3-5 hari memberi kisaran yang kecil untuk jumlah ikan. Pada lama perendaman 5-7 hari kisaran maksimum, minimum dan rata-rata meningkat. Sedangkan untuk lama perendaman 7-11 hari memberi kisaran jumlah yang lebih besar. Semakin lama bubu direndam, menghasilkan kisaran jumlah yang lebih besar.
Rendahnya korelasi hubungan antara lama perendaman dengan jumlah ikan yang tertangkap secara keseluruhan (R2 = 0.071).












Nilai tersebut membuktikan bahwa ada pengaruh dari tipe bubu terhadap hasil tangkapan. Apabila dipisahkan  hasil tangkapan per jenis ukuran bubu, maka terlihat bahwa baik jumlah ikan maupun jumlah jenis ikan yang tertangkap menunjukan adanya peningkatan. Adanya kendani peningkatan hasil tangkapan bubu sesuai dengan semakin lamanya bubu direndam sangat dipengaruhi oleh ukuran bubu. Ukuran bubu yang besar akan memungkinkan banyak ruang bagi ikan untuk berlindung di dalamnya.
Tingkah laku ikan dasar terhadap tingkat persembunyian. (Mulyono. dkk).

4.3.3.  Ukuran Ikan yang Dominan Tertangkap Berdasarkan Funnel Bubu

1.          Spesies Lethrinus sp
Spesies Lethrinus sp atau disebut dengan ikan sikuda. Ikan ini menghuni hampir seluruh perairan pantai di Maluku Barat Daya , Bisa ditemukan di sekitar terumbu karang dan bebatuan. Konsentrasi ikan sikuda umumnya terdapat di lepas pantai hingga kedalaman 60 meter.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan 3 perbedaan ukuran bubu, ternyata pada ukuran bubu 2,5 m dengan ukuran funnel (panjang 37 cm, lebar 16 cm) yang dominan tertangkap pada ukuran panjang total 26 dan 32 cm. Dapat diduga ikan-ikan ini lebih sering berlindung dan mencari makan dicela-cela karang dan batu yang besar, sehingga bubu yang berukuran besar akan membuat nyaman bagi perlindungan ikan-ikan ini, selagi predator tidak memakannya. Jika dilihat dari musim penangkapan, semua musim, ikan sikuda dapat diperoleh.

















Grafik 3. Jumlah dan panjang total jenis ikan Lethrinus sp.

2.      Spesies Scarus sp
Spesies Scarus sp, pada umumnya masyarakat Maluku menamakan dengan sebutan Kakatua. Ikan Kakatua sering berasosiasi di laut berkarang dan berbatu. Kisaran kedalamannya 1-40 m.







Grafik 4. Jumlah dan panjang total jenis ikan   Cetoscarus bicolor
3.      Spesies Naso sp
Pada ukuran funnel (panjang 39,5 cm , lebar 17 cm), terdapat jumlah ikan yang tertangkap dengan ukuran panjang total 37 cm. Dapat terlihat semakin besar ukuran ikan dan ukuran bubu, maka relatif yang tertangkap sedikit. Ini berarti ukuran funnel yang mempengaruhi. Tidak heran karena bubu yang berukuran kecil, tetapi memiliki ukuran funnel yang besar, dan memudahkan ikan ini untuk masuk.








Grafik 5. Jumlah dan panjang total jenis ikan
Naso sp

4.      Spesies Siganus canaliculatus
Penyebaran ikan Samandar ini cukup luas, tetapi penyebaran setiap spesies sangat terbatas, seperti yang terdapat di perairan Nyabota. Khususnya dalam pengoperasian alat tangkap bubu, Hanya terdapat spesies Siganus canaliculatus. Dari hasil penelitian dengan menggunakan 3 perbedaan ukuran bubu, ternyata pada ukuran bubu 2,25 m dan 2,5 m dengan ukuran funnel (panjang 37 cm, lebar 16 cm) yang dominan tertangkap pada ukuran panjang total 24 cm. Akan tetapi pada ukuran bubu yang samapun menghasilkan hasil tangkapan yang dalam jumlah sedikit pada ukuran panjang ikan 25 cm. Jika dilihat dari musim penagkapan, selama musim-musim tertentu ikan Samandar dapat diperoleh dalam jumlah banyak.
Dan kemungkinan besar pada pada musim ini,telur-telur ikan-ikan Samandar sudah siap untuk dipijahkan. Dan sesuai dengan perkiraan nelayan, setiap individu ikan Samandar yang didapat, hampir keseluruhan telurnya sudah matang. Ikan Samandar juga pada umumnya memijah pada bulan gelap, waktu memijah menjelang malam atau dini hari menjelang subuh (Booklet Jenis-Jenis Komoditi Laut Ekonomis Penting Pada Usaha Pembenihan, 1996), dan diduga ikan-ikan ini mencari tempat untuk memijah dan terperangkap, karena pada dasarnya ikan ini hidup pada laut berpasir dan  berkarang.  








Grafik 6. Jumlah dan panjang total jenis ikan Siganus canaliculatus.

5.          Spesies Parupeneus sp








Grafik 7. Jumlah dan panjang total jenis ikan Parupeneus indicus.
Dilihat dari ukuran bubu 2,5 m, jenis ikan Lethrinus sp  yang tertangkap lebih banyak, pada ukuran funnel (panjang 37 cm, lebar 16 cm) dengan total panjang ikan 32 cm terdapat 5 ekor. Dari ukuran funnel bubu, maka dapat dilihat funnel pada bubu berukuran 2,5 m lebih kecil dibandingkan dengan ukuran bubu lainnya.
Hal ini menunjukan bahwa ikan-ikan yang tertangkap tidak mengkhususkan diri pada besar kecilnya ukuran bubu, tetapi sangat dipengaruhi oleh sifat ikan tersebut. Ikan-ikan yang biasa hidup berkelompok (schooling) cendrung untuk tertangkap dalam jumlah banyak. Sedangkan ikan-ikan yang bersifat soliter Cendrung tertangkap dalam jumlah sedikit. Hal ini terlihat jelas pada beberapa bubu yang menangkap ikan-ikan dari Lethrinus sp yang biasa hidup berkelompok, dimana ikan-ikan tersebut tertangkap dalam jumlah yang relatif banyak. Sebaliknya, pada bubu yang menangkap ikan-ikan yang bersifat soliter,yang tertangkap dalam jumlah yang relatif sedikit. Pendapat ini sesuai dengan Indra Gumay Yudha (2005).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar